Close

Sharing Session Taman Nasional Zamrud Sebagai Destinasi Wisata Alam Rawa Gambut

Potensi wisata alam Taman Nasional Zamrud (TNZ) melalui Danau Pulau Besar dan Danau Bawah  serta habitat hutan rawa gambut dengan keanekaragaman flora dan fauna yang khas dapat dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata alam khas rawa gambut di Provinsi Riau. Pengelolaan kawasan tersebut tidak hanya penting untuk pelestarian keanekaragaman hayati tetapi juga penting untuk kegiatan wisata alam yang mampu membangun pengertian dan kesadartahuan mengenai pelestarian sumber-sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Selain itu, pengelolaan Taman Nasional Zamrud sebagai destinasi wisata alam juga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang berada di sekitar kawasan dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan kegiatan wisata dan kegiatan lain yang menunjang kepariwisataan tersebut. Pengelolaan kepariwisataan yang berbasis wisata alam ini sejalan dengan visi Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) TNZ yang telah disahkan melalui keputusan Dirjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada tanggal 17 desember 2018.

Berdasarkan hal tersebut, Perkumpulan Elang memandang penting menyampaikan kepada publik terkait informasi pengelolaan kepariwisataan di TNZ. Untuk Itu, ditajalah sebuah diskusi yang bertajun Sharing Session Taman Nasional Sebagai destinasi Wisata Alam rawa Gambut di Provinsi Riau pada tanggal 14 Februari 2019 di Kedai Kopi Rimbang Baling, Gobah, Pekanbaru. Diskusi ini juga menjadi sarana untuk mempromosikan TNZ agar lebih dikenal oleh masyarakat Riau Khususnya. Hadir dalam diskusi ini sebagai pembicara diantaranya DR. fauzi Asni, M.Si Kadis Pariwisata Siak, Suharyono Kepala Balai KSDA Riau, Nasya Nugrik Kepala Kampung Dayun, Jay Jasmi Deputi Perkumpulan Elang dan Okto Yugo Setiyo Wakil Koordinator Jikalahari.

Pada kesempatan pertama, Suharyono menyampaikan bahwa salah satu semangat pengelolaan TNZ yang tertuang di dalam RPJP adalah minimnya destinasi wisata di Riau sehingga masyarakat riau cenderung berwisata ke provinsi lain, terutama Sumatera Barat. “Padahal potensi wisata di Provinsi Riau tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan Sumbar, contohnya Taman Nasional Zamrud yang memiliki keunikan khas rawa gambut dan hutan alam yang masih terjaga dengan baik” kata Suharyono.

Pemerintah Kabupaten Siak juga telah mempersiapkan desain tapak terkait pengelolaan wisata di TNZ. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Siak, Fauzi Asni. Menurutnya, TNZ ini akan menjadi salah satu ikon dan andalan wisata di kabupaten Siak. “Kita telah memiliki grand desain wisata untuk zamrud, bahkan kita telah gambarkan fasilitas-fasilitas apa yang akan dibangun nanti di sana. Kita ingin semua penginapan dan sarana pendukung dibangun di atas danau zamrud, sehingga tidak perlu menebang hutan lagi”. Ungkapnya. Selanjutnya Fauzi menyampaikan untuk mewujudkan desain yang telah disusun tersebut, pemerintah kabupaten siak memang mebutuhkan dukungan dari berbagai pihak dan investor.

Selain itu, pengelolaan Taman Nasional Zamrud sebagai destinasi wisata alam juga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang berada di sekitar kawasan dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan kegiatan wisata dan kegiatan lain yang menunjang kepariwisataan tersebut. Dayun adalah desa/kampung yang berbatasan langsung dengan TNZ. Menurut Kepala Kampung Dayun, Nasya Nugrik, masyarakat dayun telah bersiap untuk ikut ambil bagian dalam mendukung kegiatan kepariwisataan di Zamrud. “Kita telah memiliki produk andalan yang dapat dijual kepada pengunjung nanti, salah satunya produk olahan dari buah semangka yang dibudidayakan oleh masyarakat. Semangka kita olah menjadi beberapa produk turunan dan dikemas semenarik mungkin” kata Nasya Nugrik.

Pada kesepatan diskusi ini, Perkumpulan Elang melalui deputi Jay Jasmi memaparkan komitmen untuk terus mendukung pengelolaan di taman Nasional Zamrud. “Hal ini juga sejalan dengan dukungan Elang terhadap program Siak Kabupaten Hijau yang digagas oleh Pemda Siak” kata Jay. Perkumpulan Elang memang fokus pada upaya penguatan masyarakat, salah satunya telah diwujudkan melalui pembuatan demplot percontohan pengelolaan lahan gambut melalui kegiatan paludikultur berbasis masyarakat di kawasan penyangga TN Zamrud. Selain pengutana di tingkat masyarakat, Perkumpulan Elang juga membantu Balai Besar KSDA Riau dalam menyusun dokumen RPJP TN Zamrud yang telah disahkan tersebut. Kedepan, Elang akan tetap mengawal implementasi RPJP ini serta terus berupaya memperkuat masyarakat dengan berbagai kegiatan.

Okto Yugo, Wakil Koordinator Jikalahari menyampaikan bahwa pengelolaan TNZ merupakan salah satu bagian penting dari upaya peneyelamatan landscape Semenanjung Kampar. “Saat ini, 80% landscape semenanjung kampar dikuasai oleh perusahaan dengan luasan lebih dari 400 ribu hektar dan banyak diantaranya yang tersangkut kasus korupsi perizinan maupun ilegal logging” ungkap Okto.

Diskusi ini juga dihadiri oleh audiens yang berasal dari berbagai latar belakang, diantaranya NGO, Komunitas penggiat alam, Mahasiswa dan umum.

Related Posts